mata - mata hidup

Rabu, 28 Desember 2011

- Surat untuk Jiwaku-

 Ndul,,baru aku sadar. Betapa bobroknya aku. Sudah lama memang aku menyadari ini. Aku sadar gak seharusnya aku selalu mengandalkanmu untuk jadi motivasiku. Tapi aku juga belum mampu untuk menghilangkan kebiasaanku tanpa motivasimu. Kamu sangat berarti buat aku. Karna bagiku kamu adalah kekuatanku. Dan nggak seharusnya aku berpersepsi seperti ini. Karna ini semua akan membunuhku. Dan aku ingin mengurangi ketergantunganku pada kehadiranmu. Seperti saat ini. Aku dalam dilema. Antara hati dan logikaku, dimana logikaku menyempit ketika aku harus menghadapi kenyataan bahwa kamu bukan lagi milikku seperti dulu. Dimana hatiku membeku, menerima kenyataan itu dan harus berpura –pura kuat dengan keadaan ini. Tapi ini justru mematikanku. Aku hilang arah. Rasanya, ruh dalam jiwaku ini tak lagi singgah dalam jiwa yang lemah ini.
Ya robb,, aku tau aku salah dengan sikapku ini. Aku tau apa yang harus aku lakukan. Namun, kesadaran dan kelemahan serta setan – setan dalam jiwaku ini enggan pergi. Dan justru semakin merabah di dalam aliran darahku ini ya robb....
Bantu hamba-Mu ini untuk bangkit kembali. Dan dapat menjalani hari – hari hamba seperti sediakala. Bersama maupun tanpa dia. Beri hamba kekuatan-Mu.... hamba tak ingin mengecewakan diri hamba dan orang tua hamba dengan sikap palsu ini....hamba tidak ingin menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang terbuka lebar ini ya robb....
Jalan menuju cita – citaku sudahlah terbuka lebar. Tapi entah mengapa, justru aku bimbang dan lemah ketika harus memilih jalanku...yang  jelas – jelas ketika aku berusia dini, aku selalu mendambakan dan berusaha payah untuk mendapatkan cita – citaku itu....
Ibu....
Inikah susahnya memilih hidup? Sehingga banyak orang – orang di luar sana lebih pasrah memilih arus yang membawanya pergi? Atau ini pula kah yang mereka rasakan ketika menjadi wanita dan bimbang ketika memilih jalur hidupnya?dan mau jadi wanita apa untuk hidupnya?
Bapak....
Mungkinkah ini pelajaran hidup yang harus saya pelajari? Begitu keras dan meyesakkan diri? Bagi saya, pilihan – pilihan hidup ini merupakan ujian dengan kemasan palsu. Jika aku mau berfikir cepat dan mudah, mungkin aku lebih memilih menjadi pengecut dan membiarkan diriku mengikuti arus hidup.  Namun, aku juga berfikir, hidup ini gak akan ada kisahnya jika aku hanya mampu mengikuti arus hidupku. Dan mungkin juga aku tak akan pernah menjadi diriku sendiri. Dan nggak akan mampu melihat sisi lain dari hidup ini. Tapi ini begitu keras, bapak... begitu penuh hambatan dan tentunya akan memunculkan musuh – musuh baru dalam hidupku. Bukan hanya musuh dalam wujud nyata. Akan ada pertarungan hebat di dalam diriku.dan musuh terbesarku adalah diriku. Mungkinkah bapak pernah mengajariku tentang jalan- jalan yang harus aku pilih...??? mungkinkah bapak dulu juga mengalami hal yang sama seperti apa yang saya alami sekarang?
Maavkan aku bapak, ibu.....
Putri kecilmu ini kini ingin mencari jalan hidupnya. Dan mungkin harapan - harapan seperti yang bapak ibu inginkan belum mampu untuk aku wujudkan. Dunia pendidikan dan perguruan tinggi ini, semakin membuatku bingung dengan berbagai tawaran dan pilihan untuk hidupku selamanya. Untuk masa depanku.
Maavkan aku juga,, karna aku hanya membuang –buang waktu kuliahku hanya untuk mengeluh dan mencari jati diri dan mimpiku. Bukan belajar dengan sungguh – sungguh seperti yang bapak dan ibu bayangkan. Putrimu ini, kini mengalami fase – fase sulit dalam hidupnya. Saya butuh bimbingan dan motivasi dari bapak dan ibu.....
Ndul sayang,, maavin aku juga karna aku belum bisa memegang  janjiku untuk menjadi lebih baik. Aku terperangkap dalam pilihan hidupku lalu. Aku menjadi resah dan ragu atas kisah kita yang selama ini indah. Dan kini jadi boomerang untukku. Aku sayang kamu, tapi maav dan makasih. Karnamu, aku jadi berperang hebat dengan perasaan dan logikaku. Begitu rapuh. Andai kita bisa menyeimbangkan antara perasaan dan logika... mungkin aku masih menjadi gadis yang seperti aku lakoni dulu. Penuh semangat dan siap menjalani hari – hariku...
Ndul, aku lelah menjalani hari – hariku tanpa diriku yang sesungguhnya. Bagaikan memakai topeng tak berlubang pada bagian matanya. Gelap, tak berarah. Hanya mampu mendengar bisikan – bisikan kata orang – orang di sekitarku. Dan sulit untuk melepas topeng belengguku. topeng yang aku gunakan untuk melupakanmu. Karna hingga kini aku harus mencoba lupakanmu untuk kebaikanmu. Sulit,,,bahkan benar – benar membuat kontroversi dalam diriku. Aku benci dengan skenario ini. Tapi, aku juga harus mampu melakoninya dengan baik untuk kebaikan kita.
Aku yakin ini semua pasti butuh proses.atau lebih tepatnya mungkin bisa disebut sebagai long process. Aku berharap, semoga hanya aku yang merasakan ini. Bukan kamu. Andaikata Alloh juga mengajarkan hal ini padamu, semoga kamu mampu melewatinya dan tetap berada di jalan yang menurutmu baik, khususnya untuk dirimu sendiri. Andaikata alloh  benar – benar mengajarimu tentang hal ini, aku berharap semoga beliau kembali menyadarkan kita. Dan kita bisa menyadari letak kesalahan kita, dan berusaha memperbaiki hubungan kita kembali.
Mungkin Alloh punya maksud lain atas apa yang kita hadapi untuk hubungan ita ini. Mungkin saja Alloh memisahkan kita dulu, dan untuk masanya kita akan diperkokohkan kembali. ( Amiiin ^^ ). Tapi ini hanya sekedar persepsi positifku. Agar aku tak terlalu berharap dan mengharapkan sesuatu yang mungkin tak lagi mampu aku miliki. Jika memang Alloh berencana untuk mempererat persaudaraan ini hanya sebagai saudara, aku harus terima. Dan hal itu akan tetap lebih indah untukku. Karna meskipun begitu, aku masih mampu bersamamu dan menjadi sahabatmu. Jika Alloh memberikan yang lebih dari tu, dengan penuh kesadaran aku mencintaimu.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar