:: Surat untuk Merpati Jantan
Merpati nan rupawan,
kau terbang diantara sekerumunan awan putih nan luas. Dengan yakin,
kepakkan sayap - sayapmu. Biuskan angin yang menghempas pada alurku. Ku
marah, ketika kau menyandingi terbangku. Ku tak mau kalah dengan
keyakinanmu. Meski ku sadar, merpati kecil sepertiku terlalu sederhana
untuk mejadi rivalmu. Sulit diungkapkan. Meski keras, tapi indah
merasuki jiwa merpati kecil ini. Membuatku yakin menuju sirkuitku.
Merpati nan ku benci,
Kau terlalu hebat untuk menjadi rivalku. Kau terlalu sombong nan angkuh
bagiku. Tapi entah, bersaing denganmu membuatku menangis haru. Bangga
bersamamu. Hingga aku tak mampu menjauh darimu. Ku tau, ini tak baik
untukku. Karna aku pun juga harus meneruskan petaku. Meski di setiap
hembusan nafas ini slalu tersimpan anganku tuk bersamamu.
Merpati nan ku banggakan,
Aku takut jatuh disana. Dimana aku harus berpisah dari rumpunan jejak -
jejak kita. Karena tujuan kita berbeda. Kau suka angin yang bersahabat,
dan aku suka angin kencang. Kau lebih suka terbang bebas nan teratur,
aku lebih suka membalap dan bebas. Aku rindu ajaranmu. Dimana kau selalu
mengingatkanku dulu. Cara mudah untuk menjalani semua. Meski dulu,
kerap kali kau ingatkanku. " Jangan terbang terlalu tinggi. ", tapi aku
lalai. Aku terlalu bersemangat bersamamu. hingga ku lupa. kau adalah
merpati jantan. yang lebih menyukai kebebasan dan memiliki kekuatan
untuk terbang tinggi. Sedangkan aku, hanyalah merpati buruk rupa nan
terikat pada rantai kecil dan harus kembali ke pagupon kala gelap
datang.
Merpati nan menjengkelkan,
Ku benci padamu. Kau
tinggalkan jejakmu di tanah sekitar paguponku. Mengingatkanku pada
tajamnya matamu. Hiingga ku iri, ingin menyusulmu dan kembali bersaing
di sampingmu. Mengarungi samudera yang belum pernah kita singgahi. Meski
ku sadar, kita berbeda. Ingin ku lupakan saja bayangmu. Namun,
Fatamorganamu slalu hantuiku. Mengais jejak - jejak berliku yang pernah
kita hadapi. Dimana aku bisa merasakan kasihmu. Kau menjagaku, kau
kasihi aku. Aku rindu itu.
Merpati jantan nan Bijaksana,
Aku takut. Tapi aku harus yakin. Kau harus tempuh jalan itu. Bukan slalu
untuk ajari aku untuk terbang. Kau juga punya alur. Yang harus kau
tempuh untuk indukmu. Doaku slalu disetiap jejakmu. Pundi - pundi
udaraku, menyesakkan nurani. Bercabang bagai ranting yang slalu menjadi
tempat peristirahattan kita. Terbanglah bersama keyakinanmu. Dan
yakinlah, aku slalu bernyanyi untukmu... Yakinkan aku, bahwa kau tetap
rivalku yang ku rindu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar